Sebuah Perjalanan Untuk Hidup; Bukan Untuk Sembuh.

Faizah
3 min readOct 10, 2023

--

“Kenapa gak sembuh-sembuh ya?”

Sekian banyak pertanyaan tentang hidup, pertanyaan tersebut lah yang menempati peringkat nomor 1. Terkadang ditanyakan dengan penuh frustasi kepada diri sendiri, terkadang ditanyakan sebagai bagian dari pengharapan bahwa suatu hari nanti “kesembuhan” akan datang.

Image by mindandi on Freepik

Sebagai seseorang yang memiliki begitu banyak trauma masa kecil -kekerasan anak dan kekerasan seksual-, sebagai seseorang yang sudah sejak lama berusaha memulihkan trauma, kata “healing” sudah menjadi bagian dari hidup bahkan jauh sebelum istilah tersebut populer dan melenceng jauh dari konteks yang sebenarnya.

Di saat healing sering diasosiasikan dengan berlibur, mencari kegiatan yang seru untuk melepas stress, saya masih berpegang teguh dengan healing process sebagai perjalanan untuk hidup kembali pasca trauma, tidak hanya stress relief. Healing journey seharusnya tentang perjalanan untuk sembuh dan hidup dengan baik.

Healing journey tersebut sudah saya mulai sejak bertahun-tahun yang lalu, dari yang awalnya hanya melarikan diri dari rasa sakit hingga mencari pertolongan ke psikolog, psikiater, konsumsi antidepresan, mengembangkan diri, dan membangun relasi sehat.

Tapi kenapa saya masih mencoba mengakhiri hidup berkali-kali?

Satu minggu bisa saya jalani dengan energi yang sangat positif namun minggu berikutnya saya mengunci pintu, mematikan lampu dan tidak ingin melakukan apapun hingga tidak ingin melanjutkan hidup.

Satu waktu saya bisa mengambil keputusan yang sangat baik untuk hidup saya, di lain waktu saya mencederai keputusan itu dengan keputusan lain yang destruktif.

Jadi ini semua akan berlangsung sampai kapan? Saya capek.

5 Oktober kemarin, dalam rangka World Mental Health Day hari ini, saya mencoba mengevaluasi hidup saya dengan melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dipelajari. Hasilnya saya baru ingat bahwa tepat dua tahun yang lalu adalah kali terakhir saya mencoba mengakhiri hidup yang berakhir di IGD dan membuat pacar (yang kini suami) panik lalu datang dari luar kota. Kali itu saya tertolong dengan kehadiran teman-teman dan pasangan saya.

Padahal dipikir-pikir, sebelumnya saya merasa baik-baik saja namun kondisi saya memburuk secara cepat dalam tiga bulan. Saat itu saya merasa ditipu dengan diri saya sendiri.

Padahal sudah usaha, kok kembali jatuh dengan alasan yang sama?
Padahal saya kira hidup saya sudah jauh lebih baik, kenapa tiba-tiba kehampaan itu datang kembali?

Suatu hari di tahun ini saya sedang scroll Instagram dr. Jiemi Ardian dan saya menemukan istilah menarik dimana healing journey memiliki kesan bahwa di ujung jalan ada kesembuhan total, bagaimana jika disebut living journey? karena sebenarnya yang sedang diusahakan adalah menjalani hidup sepenuhnya pada saat ini dengan kualitas sebaik mungkin. Saya terkesan dengan istilah tersebut dan merasa bahwa living journey memberikan semangat bahwa perjalanan ini tidak membutuhkan pertanyaan mengenai kesembuhan.

Di lain waktu saya menemukan quote menarik dari Moving, sebuah serial drama dari Korea,

Setinggi atau sejauh apapun kita terbang, kita pasti akan terjatuh. Bahkan meluncur pun masih bisa disebut terbang. Tapi yang terpenting bukanlah terbang melainkan sebaik apa kau terjatuh. Terbang yang baik berarti jatuh dengan baik.

Bagaimana jika selama ini secara tidak sadar saya sudah belajar untuk jatuh dengan lebih baik. Dibanding menyesali kesalahan menyakiti diri saya harusnya bersyukur bahwa saya sudah tidak melakukan percobaan bunuh diri selama dua tahun karena saya telah belajar untuk jatuh.

Ketimbang bertanya terus-menerus kapan sembuh, bagaimana jika kita melihat sejauh apa kita terlatih untuk jatuh dan bangkit kembali?

Maka di berikut ini adalah kemajuan yang saya lihat dengan perspektif living journey not healing journey; seorang Faizah di hari ini sudah mampu jatuh dengan baik, terbukti dari saya yang bisa menulis ini dengan tenang padahal masih segar dalam ingatan saya saat dua bulan yang lalu kehilangan anak yang saya sudah kandung selama empat bulan. Hari ini saya sedang berusaha terbang-atau sekedar meluncur-, jika esok saya jatuh lagi, itu artinya saya sedang belajar. Saya sedang melakukan living journey. Bukan sembuh yang saya butuhkan melainkan saya butuh hidup.

Sampai jumpa di cerita perjalanan untuk hidup berikutnya.

--

--

Faizah
Faizah

Written by Faizah

Jurnal Pribadi | Penyintas Kekerasan Anak dan Seksual | Menulis dalam Bahasa Indonesia 🌻

No responses yet